Beli Roti atau Beli Apartemen Bos? Rame Banget

Surabaya, CocoNotes - Padatnya pengunjung event pemilihan unit Westown View yang diselenggarakan di Grand City Ballroom Level 4 dan Diamond...

Rental Surabaya

August 7, 2012

Korupsi dan Jenderal Koruptor

Korupsi dan koruptor
Kata-kata tersebut semakin lekat dalam kehidupan masyarakat mulai anak-anak sampai orangtua, mulai di pedesaan sampai di perkotaan. Koruptor sendiri dilambangkan dengan seekor tikus, binatang pengerat yang menjijikkan dan senang menyelinap untuk mencuri makanan pemilik rumah.
Praktik korupsi sendiri sebenarnya telah sering dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari, di berbagai sektor kehidupan masyarakat. Hanya saja, dengan semakin canggihnya teknologi dan makin banyaknya media yang bisa digunakan untuk menyebarkan berita mengenai aktivitas korupsi, maka di era ini, korupsi makin banyak dibicarakan dan aktivitas korupsi makin banyak diungkap. 
Yupps.... mungkin korupsi memang telah menjadi budaya bagi masyarakat.
Anggaran yang disalurkan di berbagai bidang kehidupan bangsa ini memang tidak bisa lepas dari aktivitas korupsi, karena, siapapun pasti tidak akan berani menolak peluang dan uang. Seorang pengusaha pasti akan senang ketika harus memenangkan tender pengadaan untuk sebuah institusi pemerintah. Selain mendapat peluang, pemenangan tender ini akan meningkatkan citra perusahaan tersebut dan menjadi mudah untuk memasuki peluang lainnya. 
Contoh kasus: 
Pada saat pemerintah menurunkan anggaran untuk sekolah-sekolah dalam melakukan pelatihan komputer terhadap guru, maka di sini ada kemungkinan besar bagi oknum untuk memanfaatkan peluang ini dengan melakukan mark up biaya pelatihan. Di sini, biasanya oknum akan bekerjasama dengan pihak swasta yang memberikan pelatihan komputer tersebut dengan meminjam stempel dan membuat dua buah penagihan, satu penagihan dengan mark up yang akan digunakan sebagai laporan ke level yang lebih atas, sedang yang satunya akan  digunakan oleh pemberi pelatihan sebagai bukti dalam laporan keuangan perusahaan sendiri. 
Hal serupa bukan hanya dipraktikkan di sekolah-sekolah, tetapi juga di dinas-dinas pemerintah. Seperti Dinas yang menggunakan jasa rental laptop untuk menyelenggarakan pelatihan, maka di sini juga akan terjadi praktik mark up dan lahirnya dua buah penagihan oleh perusahaan pemberi layanan sewa laptop untuk kebutuhan pelatihan tersebut. Yang satu, untuk laporan bagi dinas kepada atasan, dan yang satunya digunakan oleh perusahaan sebagai laporan perusahaan.
Selain itu, praktik-praktik korupsi juga sangat rentan terjadi pada saat pengadaan. Di sini biasanya korupsi berteman dengan kolusi dan lahirnya perusahaan peserta tender fiktif. Di sini, satu pengusaha mendaftarkan tiga atau empat buah perusahaan fiktif atau meminjam identitas perusahaan lain dengan membayar, dan membuat penawaran yang menonjolkan perusahaannya sendiri, dengan demikian, pemenang tender sudah bisa ditentukan di depan. Di sini pula, oknum di dinas memang telah membuat aturan main dengan pengusaha yang dijanjikan untuk memenangkan tender. Tentu, semua tidak gratis, karena si oknum akan mendapatkan berapa persen dari nilai anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah untuk keperluan pengadaan itu.
Nah lo, korupsi memang telah menjadi budaya kan.
Dan saat media mulai bisa berbicara maka setiap kasus korupsi pun mulai terungkap ke permukaan, termasuk yang saat ini sedang hangat dibicarakan, yaitu korupsi pengadaan simulator yang melibatkan seorang jenderal, Djoko Susilo. Nah, lo lagi, ternyata koruptor pun ada Jenderalnya kan? Jenderal Koruptor.
Kalau Jenderalnya saja korupsi, gimana dengan anak buahnya?
Ibarat pepatah, Guru Kencing Berdiri, Murid Kencing Berlari.
Dan, rakyat kecil hanya bisa berdoa, Semoga Badai Segera Berlalu, dan Damailah Indonesiaku.
Sehat MOral, Mental, Jiwa, dan Raganya,
Agar Ibu Pertiwi tidak bersedih hati dan berlinang air matanya......

Image source: Koruptor Indonesia [dot] com

No comments:

Post a Comment

CocoGress