Doc. CocoNotes |
Saya tidak tahu siapa perempuan itu. Tapi saya merasakan kehebatannya, karena saya tidak bkisa membayangkan kalau saya di posisi seperti itu. Bersepeda dan membawa onggokan barang sebanyak itu tentu bukan hal yang mudah. Pasti banyak yang harus dilakukan sebelum barang-barang itu naik di atas sepeda. Pun, saat diturunkan dari sepeda.
Doc. CocoNotes |
Dan, itulah yang harus dijalani oleh ibu itu.
Perempuan.
Yang bisa jadi bukan hanya otot kakinya yang terbebani kayuhan sepeda. Yang bisa jadi bukan hanya tangannya yang harus repot menaikkan barang dan menurunkan barang. Yang bisa jadi tak hanya tubuhnya yang harus menanggung beban barang yang dibawanya.
Tapi juga jiwanya. Yang lelah membawa banyak beban pikiran. Untuk membagi hasil kerjanya untuk biaya anak sekolah anak-anaknya, biaya kebutuhan pokok rumah tangga, biaya berkehidupan di masyarakat. Bahkan bisa jadi biaya berobat suami atau anaknya. Atau bahkan mungkin biaya kontrak atau kost tempat tinggalnya. Biaya cicilan ini dan itu. Dan bisa jadi sedang ada kejaran tagihan dari debt collector.
Ah. Dan seperti itu yang banyak dihadapi para perempuan. Mereka bukan hanya memegang dua setir sepeda ontel gyang dikendarainya. Mereka tidak hanya mengendalikan satu arah sepeda ontelnya. Tapi ada banyak kendali yang harus dipegang dan diatur dalam kepalanya. Dalam jiwanya.
Dan, jika suatu saat peluh di keningnya jatuh sampai pipi. Lihatlah matanya yang juga memerah. Karena dari mata itu ada kebohongan yang melalui bibirnya. "Mataku merah, karena debu jalanan".
Sungguh, sekuat itu perempuan diciptakan. Bukan hanya kuat di ototnya, tapi juga jiwa dan hatinya.
No comments:
Post a Comment