Kebakaran Jakarta menjadi berita hangat yang mengiringi serunya berita arus balik mudik lebaran dan kecelakaan lalu lintas yang biasa mengiringi berita arus mudik. Dalam berita dari TVOne kemarin siang saja, berita kebakaran disampaikan pada awal berita, sebelum berita arus balik mudik dari berbagai lokasi disampaikan. Dalam berita tersebut, disebutkan bahwa selama bulan Ramadhan 1433 H di tahun 2012 ini terjadi 30 kasus kebakaran di Jakata dan pada tahun 2012 terjadi 126 kasus kebakaran yang mengakibatkan kerugian sampai Rp. 26,5 Milyar.
Beberapa titik kebakaran yang cukup menyita perhatian di antaranya adalah kebakaran Tambora Jakarta yang menghanguskan bangunan 4 RT akibat korsleting listrik, kebakaran Pondok Pinang Jakarta yang menghanguskan lebih kurang 13 rumah, dan kebakaran Bangka, Mampang Jakarta Selatan yang juga menghanguskan lebih kurang 13 Rumah (Sumber: Kabarpetang TVOne). Belum lagi kebakaran di kampung pemulung pada tanggal 19 Agustus 2012 di Bandengan Utara, Jakarta.
Porsi berita kebakaran Jakarta ini semakin memanas seiring dengan isu politik dan isu penggusuran yang mengiringinya. Sementara pihak dinas kebakaan masih menyatakan bahwa penyebab utama kebakaran adalah akibat kelalaian warga dalam mengantisipasi bahaya listrik saat rumah ditinggal mudik. Yupps....banyak rumah kosong di Jakarta akibat ditinggal mudik oleh penghuninya yang terbakar dalam peristiwa kebakaran Jakarta. Sementara itu:
- Warga sendiri banyak yang masih nakal, yaitu menggunakan listrik secara ilegal,
- Tidak hati-hati atau tidak tertib dalam hal instalasi listrik (adanya dobel kabel dan steker yang bertumpuk-tumpuk dalam satu colokan).
- Menyalakan listrik dalam jangka waktu lama (meninggalkan rumah dengan lampu menyala tanpa menitipkan ke tetangga atau orang terdekat dengan rumah untuk mematikan lampu di saat tertentu), sehingga rentan dengan adanya hubungan arus pendek.
Nah lo, .... kalau begitu, sebenarnya kebakaran yang terjadi di Jakata bisa menjadi refleksi bagi warga dan seluruh masyarakat Indonesia untuk selalu berhati-hati dalam segala hal, baik secara fisik, ruhani, dan hati-hati dalam mengais rizki (materi), karena semua yang diberikan kepada kita adalah rizki, anugerah, dan karuniaNYA. Jadi, berusaha untuk memenuhi hak atas setiap karunia dan anugerahNYA adalah lebih baik daripada menuntut dan memaksa pemenuhan hak dengan cara yang tidak haq. Karena, semua yang ada di dunia ini adalah milikNYA dan akan dengan mudah DIA mengambil semuanya jika DIA menghendaki.
Kalau memang listrik telah ada yang mengatur dari dinas PLN, harusnya warga berniat dan berusaha untuk mematuhi aturan PLN dalam hal penggunaan listrik, karena 'bagaimanapun' perspesi masyarakat terhadap PLN, sebenarnya mereka dibentuk oleh negara untuk kesejahteraan, keamanan, dan kenyamanan masyarakat.
Image source: Jepret berita TVOne
No comments:
Post a Comment