Muslim Rohingya |
Ya, konflik Muslim Rohingya dan sektarian Buddha di Myanmar memang telah berlangsung lama. Bahkan VOA Islam (5 Agustus 2012) menjelaskan adanya indikasi genosida dalam konflik tersebut. Menurut Statuta Roma dan Undang-Undang no. 26 tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, genosida ialah Perbuatan yang dilakukan dengan maksud untuk menghancurkan atau memusnahkan seluruh atau sebagian kelompok bangsa, ras, kelompok etnis, kelompok agama dengan cara membunuh anggota kelompok; mengakibatkan penderitaan fisik atau mental yang berat terhadap anggota kelompok; menciptakan kondisi kehidupan kelompok yang menciptakan kemusnahan secara fisik sebagian atau seluruhnya; melakukan tindakan mencegah kelahiran dalam kelompok; memindahkan secara paksa anak-anak dalam kelompok ke kelompok lain.
Hal ini ditunjukkan dari kutipan berita VOA Islam sebagai berikut:
Kamaruddin (salah seorang perwakilan Arakan Rohingya Union - ARO) menjelaskan, Rohingya adalah bangsa minoritas yang paling teraniaya di dunia. Tidak ada negara yang mengakui padahal mereka telah mendiami daerah ini ratusan tahun."Junta mengusir kami, memperkosa perempuan-perempuan, merampas harta, dikejar bagai binatang, Bangladesh memusuhi kami, kami dari etnis mayoritas di provinsi Arkhine yang terdiri 17 kabupaten. Sekarang kami menjadi minoritas di negeri kami, tiada makanan untuk kami makan, walau untuk berbuka puasa, tiap hari dalam dua bulan ini korban meninggal kelaparan, dibunuh, disiksa dan lain-lain. Kain kafan pun tidak ada sehingga kami kebumikan dengan apa adanya," kata Kamaruddin, Jumat (3/8/2012).Apalagi upaya pengusiran secara terang-terangan terhadap Muslim Rohingya didalangi oleh pemerintah Myanmar sendiri.Presiden Myanmar, Thein Sein mengatakan bahwa satu-satunya solusi untuk mengatasi konflik Muslim dan Buddha di Myanmar adalah dengan mengusir Muslim Rohingya ke luar Myanmar. Ia meminta Muslim Rohingya dikirim ke kamp pengungsi yang dikelola United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR)."Kami akan mengusir mereka jika ada negara ketiga yang mau menerima mereka. Ini adalah solusi terbaik untuk masalah ini," ujar Presiden Myanmar, Thein Sein Kamis (12/7/2012).
No comments:
Post a Comment