Bulan Ramadhan memang bulan yang penuh berkah. Pada bulan ini umat muslim berlomba-lomba memperbanyak amal sholih, dan banyak bersedekah. Situasi ini ternyata dijadikan sebagai peluang bagi para homeless, anak jalanan, pengemis, pengamen untuk juga berlomba-lomba mengais rizki dengan mengharap belas kasihan dari para dermawan. Para gelandangan, pengemis, dan pengamen ini pun menerapkan strategi yang tepat untuk meningkatkan 'produktivitas' mereka. Seperti menerapkan pemilihan lokasi yang strategis dan pemilihan waktu yang tepat.
Lokasi yang dipilih oleh para pengamen, anak jalanan, dan pengemis ini umumnya adalah tempat peribadatan, seperti masjid yang terkenal, musholla. Sedangkan waktu yang dipilih biasanya sore hari, di saat orang-orang berkemas untuk pulang dari kerja atau saat orang-orang keluar rumah untuk mencari tempat berbuka yang nyaman. Berdasarkan berita dari MetroTV, di Metro Pagi, diperoleh informasi bahwa pengemis, pengamen, dan para gelandangan tersebut banyak beroperasi di sore hari. #Pantesan, hari Minggu pagi kemarin waktu keluar, di Surabaya juga hanya bertemu satu pengamen cilik.
Pagi hari sampai siang, saatnya istirahat, mengumpulkan tenaga untuk ber'operasi' di sore hari |
Jumlah para pengemis pun meningkat di bulan Ramadhan, karena sebagian pengemis senior atau bahkan koordinator biasanya mengerahkan rekruitment pengemis baru untuk ditempatkan di lokasi-lokasi strategis tertentu.
Nah lo, fenomena sindikasi pengemisan di Indonesia memang lagi marak. Bahkan sampai-sampai MUI mengeluarkan fatwa, yaitu dilarang bersedekah terhadap para pengemis. Padahal bersedekah kan amal sholih ya.....
Ternyata, kedemawanan yang sebenarnya bersifat universal dan merupakan fitrah manusia sebagai makhluk sosial tersebut dimanfaatkan secara salah kaprah oleh para pengemis dan mereka dengan nyamannya melakukan pekerjaan mengemis. Padahal..........tangan di atas kan lebih baik daripada tangan di bawah ya, maksudnya, memberi itu lebih baik daripada meminta......
Image source: Jepret di Metro TV dalam acara Metro Pagi.
No comments:
Post a Comment