Surabaya, CocoNotes - Setelah pagi tadi saya menulis opini di Kompasiana, baru saja saya menerima broadcast dari BB Group terkait kebijakan Pekan Kondom Nasional yang digagas oleh Kementarian Kesehatan dan dilaksanakan oleh Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPAN) serta salah satu produsen
kondom selama sepekan, yaitu tanggal 1 hingga 7 Desember 2013, sebagai rangkaian peringatan hari AIDS sedunia di Indonesia.
Berikut kutipan broadcast BB Group tersebut (ejaan sudah saya edit):
Saya sangat malu punya Menteri Kesehatan yang Pro Terhadap Seks Bebas. Visi Utamanya mengkondomisasi Indonesia. Anda bisa bayangkan Mahasiswa atau anak muda yang Nikah muda justru di Hujat bahkan BKKBN mengkampanyekan Gerakan KB dan anti nikah muda wanita min 21 dan pria 25 tahun. Sedangkan bus kondom kini sudah masuk ke kampus UGM mereka hendak membagikan kondom gratis dan mensosialisasikan kondom dan parahnya lagi ini semua dibiayai negara. Bukan itu cara untuk mengurangi HIV tapi dengan Pembinaan moral untuk membentuk generasi yang mulia.
Ada pemahaman yg salah tentang “safe sex“ itu apa. Seakan-akan safe sex itu boleh melakukan hubungan pasutri dengan siapa saja asal pakai kondom. Padahal, safe sex yang benar itu adalah:
- Kalau belum menikah, jangan melakukan hubungan suami isteri
- Kalau sudah menikah, setialah dengan pasangan.
Tambahan:
Kondom tidak mampu menangkal virus HIV/AIDS. Pada konferensi AIDS se-dunia di Chiangmai, Thailand 1995 diumumkan hasil penelitian ilmiah, bahwa kondom tidak dapat mencegah penularan HIV/AIDS. Sebab ukuran pori-pori kondom jauh lebih besar dari ukuran virus HIV/AIDS.
"Ukuran pori-pori kondom sebesar 1/60 mikron dalam kondisi normal dan membesar menjadi 1/6 mikron saat dipakai. Sedangkan ukuran virus HIV hanya 1/250 mikron. Jelas virus HIV sangat mudah bebas keluar masuk melalui pori-pori kondom. Maka, ketika pemerintah mengatakan kondomisasi dapat menangkal penularan virus HIV/AIDS itu jelas program menyesatkan dan membodohi masyarakat,"
Nah, jika saya bilang dalam opini saya di Kompasiana pagi tadi bahwa kebijakan Kementerian Kesehatan tersebut merupakan arus pendek dalam sebuah kebijakan publik yang akan menyulut konsleting yang berdampak buruk di kemudian hari. Jika dibaratkan kalau di Indonesia tengah terjadi kebakaran hutan besar-besaran (akibat gelombang budaya bebas dalam segala hal, termasuk free sex, buadaya pacaran bebas), maka kebijakan kondomisasi tersebut belum bisa disebut sebagai cara tepat untuk meredam kebakaran hutan yang melanda hutan di negeri ini, tetapi justeru menambahkan bensin atau minyak tanah yang seolah-olah menyiramkan hawa segar karena berbentuk cairan seperti air, tetapi tidak mampu meredam kebakaran hutan yang terjadi, yang justru akan semakin merusak hutan dengan lebih cepat. Karena free sex akan menjadi semakin merata, sementara Pekan Kondom Nasional hanya berlaku sepekan, yang akan dibaca oleh para remaja, pemuda dan pemudi sebagai isyarat diperbolehkannya free sex asal .... pakai kondom. Selanjutnya? Bisa dibayangkan kondisi negeri ini ke depan ....
No comments:
Post a Comment