Modif from Google Image Search |
Namun yang menarik saat ini adalah masih ditemukannya kalangan akademis yang melakukan plagiarisma. Hal yang sungguh tidak masuk di akal bukan? Kalangan akademis yang seharusnya memberi contoh etika menulis dan berkarya yang baik ternyata justru menjadi pioner atas aktivitas plagiarisme. Kasus plagiarisme yang dilakukan oleh Banyu Perwita merupakan kasus yang benar-benar mencoreng dunia pendidikan, karena dunia pendidikan yang selama ini dijadikan sebagai lembaga untuk mendidik individu agar menjadi manusia yang berkualitas, beradab, bermoral, dan berbudaya ternyata diisi oleh pendidik yang memiliki perilaku yang tidak bisa diterima oleh kalangan masyarakat baik nasional maupun internasional.
Dalam kasus tersebut, Prof. Dr. Banyu Perwita melakukan plagiat terhadap artikel-artikel asing yang diterbitkan dalam harian The Jakarta Post. Seorang pembaca harian kompas telah mengajukan alat bukti berupa dua laporan side-by-side comparison yang menunjukkan
bahwa Prof. Banyu Perwita menjiplak secara persis frase, kalimat, bahkan paragraf, dari ketiga artikel tersebut. Dengan turunnya laporan ini, berarti sudah enam karya orang lain yang ia bajak ke dalam empat artikel di The Jakarta Post.
Bukan hanya itu, di salah satu Universitas Negeri di Jakarta, seorang dosen bahkan ditengarai menjiplak skripsi mahasiswanya. heehheheh.... jika dosennya saja begitu, gimana dengan mahasiswanya?
Nah ini dia, fakta lebih lanjutnya, ternyata mahasiswa di perguruan tinggi yang sangat reliabel secara internasional pun terkena kasus plagiarisme. Sebagaimana disebutkan dalam harian Kontan.co.id (31 Agustus 2012) sebagai berikut:
Bukan hanya itu, di salah satu Universitas Negeri di Jakarta, seorang dosen bahkan ditengarai menjiplak skripsi mahasiswanya. heehheheh.... jika dosennya saja begitu, gimana dengan mahasiswanya?
Nah ini dia, fakta lebih lanjutnya, ternyata mahasiswa di perguruan tinggi yang sangat reliabel secara internasional pun terkena kasus plagiarisme. Sebagaimana disebutkan dalam harian Kontan.co.id (31 Agustus 2012) sebagai berikut:
Salah seorang pejabat di Universitas Harvard mengungkapkan, sekitar 125 mahasiswa di universitas bergengsi ini sedang diinvestigasi atas tuduhan plagiat. Tidak hanya itu, para mahasiswa tersebut juga diperiksa untuk pelanggaran akademik lain yang dilakukan pada ujian akhir awal tahun ini. Ini merupakan skandal kecurangan yang paling buruk dalam sejarah Harvard. Menurut Jay Harris, dekan sarjana pendidikan Harvard, semua siswa yang terlibat akan disidang di hadapan Harvard's Administrative Board. Dia menceritakan, kasus ini terungkap setelah profesor Harvard menguji latihan yang diberikan kepada mahasiswa yang dimulai pada Mei lalu. Mahasiswa yang kedapatan melakukan pelanggaran akan mendapat skors dari universitas selama satu tahun. "Tuduhan-tuduhan tersebut, jika terbukti, akan menjadi perilaku yang tidak dapat diterima karena menodai intelektual yang Harvard junjung tinggi," jelas Harvard President Drew Faust. Sanksi yang akan diberikan sangat rahasia. Dan, Harvard tidak akan mengumumkan siapa saja mahasiswa yang terlibat dari kasus ini.Nah, lo... tugas latihan pun plagiat. Di Indonesia bagaimana? Kasus plagiat di Indonesia juga sudah tidak perlu diragukan lagi. Banyak mahasiswa di Indonesia yang umumnya mengerjakan tugas-tugasnya dengan menggunakan joki atau ghost writer. Bukan hanya pada tugas akhir, semacam skripsi, tesis, dan disertasi, tetapi juga pada tugas atau latihan dalam UAS maupun UTS.
No comments:
Post a Comment