Beli Roti atau Beli Apartemen Bos? Rame Banget

Surabaya, CocoNotes - Padatnya pengunjung event pemilihan unit Westown View yang diselenggarakan di Grand City Ballroom Level 4 dan Diamond...

Rental Surabaya

November 1, 2012

Ada apa dengan Guru?

Sebagaimana telah pernah saya tuliskan di sini, bahwa salah satu faktor pendorong saya membuka blog baru ini adalah untuk berpartisipasi dalam mengembalikan citra anak SMA di mata Google. Waktu itu, di facebook tengah ada yang menggalakkan penggunaan kata kunci anak SMA dengan konten blog dan gambar yang santun dan mendidik, karena setiap jika kata kunci 'anak SMA' dimasukkan maka spontan Google akan menampilkan berita dan gambar anak SMA yang tidak selayaknya ditampilkan sebagai anak bangsa yang terdidik. Nah, karena saya tidak memiliki blog yang menggunakan bahasa Indonesia, makanya saya membuka blog ini.
Sayangnya, berita tentang carut marut anak SMA di Indonesia masih belum selesai, mulai dari tawuran pelajar SMA, adanya siswi SMK yang melahirkan di toilet sekolah, pemerkosaan siswa SMA, pencabulan siswi SMP oleh guru SD, kepala sekolah yang melakukan sodomi terhadap siswa, dan berita lain yang tidak mengenakkan untuk dibaca terkait dengan perilaku guru, sungguh membuat saya kembali geleng-geleng kepala. Artinya, tidak salah dong, kalau selama ini Google menampilkan hasil pencarian yang tidak layak dan tidak wajar untuk kata kunci 'anak SMA'. La wong, pagi-pagi saja di widget saya 'Kabar Terpopuler' dari viva.co.id muncul berita yang mengenaskan tentang pendidikan dan guru kita.


Nah, begitu saya klik, berita tersebut, semakin banyak berita terkait tentang perilaku guru yang seharusnya tidak layak dilakukan oleh seorang dan sesosok guru, sebagaimana dalam screenshot berikut:



Nah, lo. Meskipun saya yakin bahwa guru dalam berita itu adalah oknum, tetapi mengapa oknum itu tidak hanya satu? Mengapa oknum itu tidak meleleh dan meresap di telan bumi oleh sistem pendidikan yang mendidik? Bukankah mereka berada di lingkungan pendidikan?
Saya menjadi ingat betapa saya dulu sangat mengidolakan guru SD saya yang cuantikk, baik, ramah, pinter, dan baik hati dengan senyum manis dan lesung pipinya. Dan.... betapa bangganya saya ketika SMA, saat saya disepadankan dengan guru baru yang mengajar PMP (Pendidikan Moral Pancasila, sekarang PPKN), yang manis, ramah, dan murah senyum, dengan ragam kisah menarik saat masih kuliahnya. Atau.... senangnya saya pada waktu SMP, saya mendapat kepercayaan dari guru Bahasa Inggris untuk membantu menuliskan TIK dan TIU, sehingga setiap pulang sekolah tanpa kenal lelah saya berusaha menyelesaikan pekerjaan saya untuk menulis lembar demi lembar (3waktu itu menulisnya masih menggunakan tulisan tangan).
Saya juga teringat dengan peristilahan GURU, diGUGU dan diTIRU, sehingga saat itu, apa pun yang dikatakan dan diperintah oleh guru adalah petuah, pedoman, yang bahkan, apa yang pernah diajarkan dan gaya mengajar para guruku waktu itu masih teringatkan di memori saya.
Yupps... peristilahan seperti itu pada masa dulu memang keramat. Saat itu, guru sangat dihormati dituakan.Guru yang selalu mengajar dengan cinta dan kasih sayang, karena guru adalah pengganti orangtua bagi para siswa untuk mendidik siswa dengan cinta dan kasih sayang, agar siswa menjadi generasi tangguh, berkarakter, beradab, dan berbudaya, serta berakhlaq mulia. Sungguh mulia kedudukan sorang guru bukan?
Dan, di era yang makin global dan dinamis ini, cinta dan kasih sayang guru semakin diperlukan, karena makin banyak orangtua yang 'menyerahkan' pendidikan anak-anaknya ke sekolah, sementara orangtua makin sibuk bekerja, sehingga ketika ada oknum guru yang berperilaku tidak layak, dan tidak beradab, serta tidak berbudaya..... Dan, jika media telah memberitakan Guru dalam berita yang tidak seharusnya, maka peertanyaannya adalah 'Ada apa dengan Guru kita? Masih adakah cinta guru untuk bangsa dan anak bangsa ini dari seorang guru? Atau, sudah tergadaikankah cinta itu dengan makin tingginya kebutuhan ekonomi yang makin sulit? Atau, sudah menguapkah cinta dan kasih sayang itu akibat panasnya terik matahari akibat banyaknya penggundulan hutan budaya dan tercerabutnya akar peradaban?

No comments:

Post a Comment

CocoGress