Pic. CocoNotes/Surabaya, 2013 |
Ah, mbulet sekali.
Ya, memang terlihat mbulet dan njelimet. Tetapi tetap harus dilakukan pengujian-pengujian secara sistematis, logis, dan metodis, agar korupsi bisa benar-benar dibasmi. Bukan, terlihat membasmi, tetapi tidak juga terbasmi. Caranya? Ya itu tadi, menguji indikator-indikator korupsi yang secara valid, reliabel, dan ... independen.
Mengapa harus independen?
Dalam menjelaskan penyakit yang bersifat latent, maka indikator-indikator yang diuji akan mengandung estimasi eror. Nah, pengujinya harus mampu mengestimasi adanya eror tersebut, sehingga kemungkinan terjadinya eror pun kecil.
Bayangkan saja, ketika ada dugaan korupsi Hambalang, Nazaruddin, Angelina 'Angie' Sondakh, Akil Mukhtar, Djoko Susilo, Rudi Rubiandini, Luthfi Hasan Ishaq, Fathanah, dan lain-lain, maka akan ada analisis terhadap pihak-pihak yang terlibat, apa, siapa, bagaimana, mengapa, dan di mana, berapa besarnya, untuk apa, dan untuk siapa adalah sekelumit analisis yang harus dilakukan agar bisa ditemukan kerangka konseptual dan kerangka pikirnya ....
Sumber: CocoNotes |
Dan, ketika sudah ada pihak yang diduga, maka pemeriksaan lanjutan pun dilakukan, hingga akhirnya ditemukan benang merah, kuning, hijau, seperti pelangi yang saling berhubungan. Membentuk pelangi korupsi yang menghias negeri, dan menjadi tontonan anak negeri ....
Entah merasakan keindahannya, atau justru terjungkir balik akibat kengerian ... Karena tangga pelangi itu akan menghiasai negeri yang diisi oleh koruptor-koruptor pelaku korupsi, entah sampai ke mana. Apakah menuju bidadari-bidadari atau peri jahat yang penuh tipu muslihat ....
No comments:
Post a Comment